Labels

Thursday, 1 May 2014

Ekologi Umum


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM



PERCOBAAN I

KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT



NAMA                        : FITRIANI LAYUKAN

NIM                             : H41112010

KELOMPOK             : V (LIMA) A

HARI/TANGGAL    : KAMIS/21 MARET 2013

ASISTEN                   :  ANWAR

                                                    YUSRIANI




Add caption
 











LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar Belakang        
            Percobaan-percobaan yang dilakukan dalam ilmu biologi, mencakup benda-benda hidup. Tidak ada organisme yang satu spesies sama persis. Keragaman yang ada merupakan ciri-ciri dari makhluk hidup dan merupakan dasar terbentuknya evolusi. Setiap organisme di alam mengalami perkembangan dan pertumbuhan, Pertumbuhan itu merupakan peningkatan ukuran organisme sebagai akibat dari pertambahan jumlah sel, volume, ukuran dan banyak matriks intraselluler selnya. Pertumbuhan mangakibatkan pertambahan panjang,lebar, diameter dan pertambahan berat organisme (Subardi, 2009).
            Pertumbuhan yang kita kenal pada dasarnya ada 3 macam yaitu pertumbuhan allometrik, pertumbuhan determinan (pada hewan) dan pertumbuhan intermediate (pada tumbuhan) (Umar, 2007)
            Keanekaragaman makhluk hidup mendorong manusia untuk melakukan penelitian yang lebih banyak lagi. Salah satu cabang ilmu biologi yang memerlukan penelitian yang lebih banyak lagi adalah ekologi. Dalam ilmu ekologi melakukan penelitian dan pengamatan dalam pengambilan sampel dan data secara acak. Setiap organisme memiliki ukuran tertentu yang ditentukan oleh beberapa faktor. Dalam percobaan ini akan dipelajari bagaimana cara mengukur dan menimbang biji serta korelasi antara factor-faktor yang mempengaruhi berat serta ukurannya. Berdasarkan hal-hal tersebut maka percobaan ini dilakukan (Santoso, 2007).

I.2        Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1.                  Untuk mengetahui apakah ada hubungan korelasi antara pamjang dengan pertambahan berat dari suatu sampel yang diukur.
2.                  Mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan.

I.3        Waktu dan Tempat
            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 Maret 2013, pukul 14.00 WITA-17.00 WITA di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.














BAB II
         TINJAUAN PUSTAKA

Korelasi ialah suatu keterkaitan yang bisa ditangkap dari perbandingan dua proporsi yang masing-masing proporsi mengandung 2 kriteria yang salah satu kriteria disebutkan dalam kedua proporsi tersebut (Santoso, 2007).
Koefisien korelasi merupakan alat statistic yang penting jika diterapkan pada situasi yang tepat. Harus diingat bahwa koefisien korelasi semata-mata menunjukkan keberadaan dan ketidak beradaan sebuah hubungan apakah positif atau negative antara dua variable. Hal itu seyogyanya tidak disimpulkan bahwa ini berarti sebuah variable adalah penyebab langsung dari yang lain. Bila koefisien korelasi semata-mata digunakan sebagai penunjuk pada beberapa proses hubungan antara dua variable, maka akan berguna bukannya menyesatkan. Ide koefisien korelasi dapat diperluas pada setiap jumlah variable (Resosoedarmo, 1990).
            Korelasi terbagi atas (Santoso, 2007) :
1.      Korelasi Positif
            Misalkan terdapat sebuah populasi yang anggotanya mengandung suatu kriteria P dan beberapa anggota juga memiliki kriteria Q. Maka, pada populasi tersebut P berkorelasi positif dengan Q jika proporsi Q dalam P bernilai lebih besar daripada proporsi Q dalam non-P. Atau sebaliknya, proporsi P dalam Q lebih besar dari proporsi P dalam non-Q. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian yang dilakukan produsen sabun A di sebuah toko B kepada 100 orang pengunjung, 30 orang membeli sabun, 10 diantaranya telah mengingat iklan terbaru sabun A. Sedangkan dari yang tidak membeli, 12 orang diantaranya telah mengingat iklan sabun tersebut. Dari contoh ini, terdapat suatu korelasi positif  karena proporsi dari kriteria yang mengingat iklan dan membeli sabun (33%) lebih besar daripada proporsi yang mengingat iklan dan tidak membeli sabun (17%).
2.      Korelasi Negatif dan Tidak Berkorelasi
            Suatu korelasi negatif atau malah tidak ada korelasi antara dua proporsi, jika merujuk pada kasus pembelian dan iklan sabun di atas, korelasi negatif terjadi jika proporsi dari kriteria yang mengingat dan membeli sabun lebih kecil daripada proporsi yang mengingat iklan dan tidak membeli sabun. Sedangkan kasus yang tidak berkolerasi bisa terjadi jika kedua proporsi tersebut memiliki tingkat proporsi yang sama (equal). Koefisien korelasi adalah suatu angka indeks, bukan sebuah pengukuran pada sebuah skala linear dengan satuan-satuan yang sama. Selanjutnya, korelasi adalah selalu relative terhadap situasi dimana itu dicapai, dan sekiranya diinterpretasi dalam kondisi lingkungannya dan sangat jarang dalam arti yang absolute (Resosodarmo, 1990).
            Logaritma bernilai sangat penting dalam studi-studi ekologi, karena perkiraan perbandingan lebih sering daripada perkiraan angka sesungguhnya. Hal ini terjadi karena perbandingan lebih berarti daripada angka sesungguhnya sebagai contoh, dalam sebuah percobaan pada suhu yang dapat diterima oleh ikan, adalah masuk akal bila menyatakan bahwa 20% ikan mati pada suhu 35 derajat Celsius daripada menyatakan bahwa 20 ekor ikan mati. Angka ini tidak mempunyai arti, kecuali jumlah total ikan yang digunakan dalam percobaan juga ditentukan. Jadi perbandingan angka lebih menguntungkan daripada angka sesungguhnya (Odum,1993).
Sampel yang dikumpulkan dalam suatu penelitian harus data yang benar, dan cara pengumpulan (sampling) data tersebut harus dilakukan dengan benar dan mengikuti metode dan tata cara yang benar sehingga kesimpulan hasil penelitian yang dapat dipercaya. Prosedur pengambilan sampel yang menghasilkan kesimpulan terhadap populasi yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dikatakan berbias. Untuk menghilangkan kemungkinan bias ini maka sampel harus diambil berdasarkan  prosedur khusus khusus (Spesific procedures). Ada berbagai prosedur untuk memilih sampel, antara lain (Soewarno, 1991) :
1.      Pemilihan acak (random selection), berdasarkan ketentuan bahwa setiap pengukuran dilakukan secara terpisah dan masing-masing data yang diukur mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
2.      Pemilihan sengaja (purposive selection), pemilihan sampel yang dilakukan secara sengaja dan sepenuhnya dengan kesengajaan oleh pengambil sampel.
            Pemilihan sampel data hidrologi yang dilakukan secara acak berdasarkan ketentuan bahwa setiap pengukuran dilakukan secara terpisah dan masing-masing data yang diukur mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Prosedur pemilihan sampel secara acak adalah yang paling sering dilakukan oleh para peneliti di bidang hidrologi (Soewarno, 1995).
Ada beberapa tipe pemilihan acak, empat diantaranya disampaikan secara ringkas sebagai berikut (Soewarno, 1995):
1.     Pemilihan acak sederhana (Simple Random Sampling)                            Pemilihan sejumlahsampel(n)buah dilakukan dengan menggunakan suatu alat mekanik (misal: mata uang, dadu, kartu) atau dengan menggunakan tabel yaitu tabel bilangan random (Random digit table). Sebuah sampel yang terdiri dari unsur-unsur yang dipilih dari populasi dianggap cocok, dengan ketentuan bahwa setiap unsure yang terdapat dalam populasi tersebut mempunyai peluang yang sama untuk dipilih. Pemilihan yang bersifat acak akan memberikan hasil yang memuaskan bila populasi darimana asal sampel tersebut dipilih benar-benar bersifat sama jenis atau homogeny.
2.     Pemilihan acak berangkai (Random Serial Sampling)
       Pemilihan sampel ditentukan dengan cara membagi populasi berdasarkan interval tertentu. Apabila dalam pemilihan sampel ternyata populasinya terdiri dari bermacam-macam jenis (heterogen), maka populasi tersebut harus dibagi ke dalam beberapa stratum dan sampelnya dipilih secara acak dari tiap stratum. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk :
1.                Menganalisa setiap populasi yang lebih homogenya secara terpisah.
2.                Meningkatkan ketelitian dalam pengambilan keputusan seluruh populasi.
            Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif/ terukur. Sedang perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme. Proses ini berlangsung secara kualitatif. Baik pertumbuhan atau perkembangan bersifat irreversibel. Secara umum pertumbuhan dan pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi. Diferensiasi adalah perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda (Hamid, 2012).
Perkembangan meliputi 3 proses yaitu morfogenesis, diferensiasi dan pertumbuhan. Pertumbuhan itu sendiri merupakan peningkatan ukuran organisme sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume, ukuran, dan banyaknya matriks intraseluler selnya. Akibat dari pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan panjang, lebar, diameter dan dengan secara pasti akan diikuti oleh pertambahan berat organisme (Umar, 2012).
Pertumbuhan pada dasarnya  ada 3 macam (Umar, 2012) yaitu:
a.   Pertumbuhan allometrik yaitu variasi pertumbuhan relatif pada berbagai bagian tubuh yang membantu memberi bentuk organisme.
b.   Pertumbuhan determinan yaitu pertumbuhan organisme yang akan berhenti tumbuh setelah mencapai ukuran tertentu. Ini umumnya merupakan cirri khas dari hewan.
c.    Pertumbuhan intermediet yaitu pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh selama masih hidup. Ini umumnya merupakan ciri khas dari tumbuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Hadi, 2008) yaitu :
a.       Faktor internal
1.     Gen
Ukuran, bentuk, dan kecepatan tumbuh dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat di dalam skromosom. Gen-gen tersebut diariskan dari induk tumbuhan kepada keturunannya. Gen-gen tersebut akan mengatur pola dan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
2.     Hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani hormalin yang berarti penggiat. Hormon tumbuhan disebut fitohormon. Hormon merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan tumbuhan. Hormon juga dikenal sebagai zat tumbuh.
b.      Faktor eksternal
1.     Air dan Mineral
Tumbuhan memerlukan air dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Air dan mineral diserap dari dalam tanah oleh akar. Air berfungsi sebagai pelarut dan untuk fotosintesis. Mineral seperti karbon, nitrogen, fosfat, kalsium, dan magnesium berguna sebagai bahan pembangun tubuh tumbuhan.
2.      Kelembapan
Kelembapan menunjukkan kandungan air di tanah dan udara. Bila kelembapan rsendah, transpirasi akan meningkat sehingga penyerapan air dan mineral semakin banyak. Keadaan ini dapat memacu laju pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
3.     Cahaya
Cahaya matahari sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Proses ini menghasilkan makanan yang dapat digunakan untuk mendapatkan energi dan membangun tubuh.
4.      Metagenesis
Siklus hidup tumbuhan memperlihatkan suatu pergiliran keturunan  (metagenesis). Pergiliran keturunan meliputi fase gametofit dan sporofit. Fase gametofit atau fase generatif merupakan tahap menghasilkan gamet haploid. Fase sporofit atau fase vegetatif merupakan tahap menghasilkan spora. Gametofit menghasilkan gamet haploid yang menyatu membentuk zigot.
Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Maksudnya, ketika satu variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka kita melihat kecenderungan dalam variabel yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, kita dapat mengatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi (Ayu, 2009).
            Hubungan panjang dan berat merupakan pengetahuan yang signifikan untuk pengelolaan suatu sampel. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan kondisi suatu sampel yang diamati, analisa hubungan panjang dan berat dimaksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang tertentu secara individual atau kelompok-kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan, dan sebagainya. Hubungan panjang dan berat adalah faktor kondisi secara sistematis  mempunyai nilai praktis karena dapat digunakan untuk mengkonversi panjang ke berat atau berat ke panjang (Manik, 2009).



BAB III
METODE PEROBAAN

III.1     Alat
            Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah jangka sorong (0,05 mm), neraca OHAUS (0,01 gram), penggaris, spidol, kalkulator, neraca digital, dan kantung plastik.

III.2     Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kertas grafik, biji nangka Artocarpus heterophyllus sebanyak 15 buah dan biji salak Zalacca edulis
15 buah.

III.3     Cara Kerja
            Cara kerja pada percobaan ini adalah:
1.         Kertas grafik dibagi menjadi 15 bagian dengan cara digambar berbentuk kotak dengan spidol, panjang dibagi 10 dan lebar dibagi 5. Kemudian, setiap kotak diberi nomor mulai nomor 1 hingga 15.
2.         Biji yang telah tersedia diambil secara acak sebanyak 15 biji, kemudian diletakkan pada kotak yang telah dibuat pada kertas grafik tadi.
3.         Panjang tiap biji diukur menggunakan jangka sorong, kemudian hasilnya ditulis (mm) pada kotak dikertas grafik yang sesuai dengan nomor kotak dimana biji itu diambil, kemudian letakkan kembali biji tersebut di kotak semula.
4.         Satu persatu biji yang sudah diketahui panjangnya ditimbang secara acak dan catat beratnya serta dikembalikan pada kotak yang sesuai.
5.         Untuk perhitungan analisis data dan lain-lain digunakan data dari dua kelompok perhitungan dari masing-masing kelompok.























DAFTAR PUSTAKA



Ayu, R. D., 2011. Hubungan Korelasi antar Panjang dan Berat. http//www.blogspot.com/, diakses pada hari Minggu, tanggal 24 Maret 2013, pukul 21.20 WITA, Makassar.

Hadi, S., 2008. Pertumbuhan dan Perkembangan. http//www.indokristi.com/, diakses pada hari Kamis, tanggal 21 Maret 2012, pukul 21.30 WITA, Makassar.

Hamid, F., 2012. Perkembangan. http//www.wordpress.com/, diakses pada hari Minggu, tanggal 24 Maret 2012,  pukul 21.00 WITA, Makassar.

Odum, E. P., 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Resosoedarmo, S.,  1990. Pengantar  Ekologi. PT. Remaja Rosdikarya, Bandung.
Santoso, A., 2007. Kolerasi. http//www.wikipedia.com/, diakses pada hari Sabtu, tanggal 23 Maret 2013,  pukul 21.10 WITA, Makassar.

Soewarno., 1991.  Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis Data. Novas, Bandung.

No comments:

Post a Comment