Labels

Thursday, 1 May 2014

Laporan Ekologi Umum Percobaan 2


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM



PERCOBAAN II

KELEMBABAN RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA

NAMA                        : FITRIANI LAYUKAN

NIM                             : H41112010

KELOMPOK             : V (LIMA) A

HARI/TANGGAL    : KAMIS/4 APRIL 2013

ASISTEN                   : ANWAR

                                                   YUSRIANI




 











LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar Belakang
             Dalam kehidupan di bumi ini, kelembaban udara merupakan salah satu unsur penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Kelembaban udara juga  menentukan bagaimana mahluk hidup tersebut dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya. Kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan perkembangan  tumbuhan budi daya. Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Di dalam atmosfer terdapat H2O dalam bentuk uap atau gas, cairan atau air dan salju atau es dalam bentuk padat. Banyaknya uap air yang dikandung udara tidak sama di berbagai tempat (Safrizal, 2008).
                        Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan dan demikian eratnya berhubungan sehingga diakui sebagai bagian yang paling penting dari iklim. Interaksi antara temperature dengan kelembaban, seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Temperatur memberikan efek membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada keadaan itu adalah sedang-sedang saja. Kelembaban juga memainkan peranan yang lebih gawat dalam keadaan temperatur ekstrim. Dengan kata lain, hal ini adalah aspek lain dari asas mengenai faktor interaksi (Odum, 1993).
Tingkat kelembaban sangat bervariasi, terkadang tinggi dan tidak jarang rendah seperti contohnya jumlah vegetasi yang memenuhi tempat tersebut contohnya saja pada hutan hujan tropis yang dikenal sebagai daerah yang memiliki kelembaban yang relatif tinggi karena keadaan daerah tersebut yang dipenuhi pohon-pohon. Berdasarkan hal-hal diatas, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui kelembaban udara tempat yang berbeda (Tatang, 2006).

I.2        Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini adalah:
1.                  Untuk mengetahui perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat/lokasi yang berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.                  Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam membaca dan mengoperasikan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban udara relatif.

I.3        Waktu dan Tempat

            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 April 2013, pukul 14.00 WITA-17.00 WITA di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan pengambilan sampel dilakukan di dalam ruangan, Pelataran MIPA, dan di Canopy, Universitas Hasanuddin, Makassar.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat per satuan udara (misalnya gram per kilogram udara). Jumlah upa air yang terdapat di udara (pada kejenuhan tertentu) dipengaruhi oleh temperature dan tekanan, sehingga kelembaban nisbi adalah persentase uap air sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan di bawah temperature dan tekanan tertentu (Hardjodinomo, 1975).
              Jumlah uap air yang ada dalam udara diacu sebagai kelembaban. Bobot sebenarnya uap air yang ada dalam satuan bobot udara dinyatakan sebagai kelembaban mutlak. Karena suhu dan tekanan mempengaruhi kelembaban, maka biasanya diukur sebagai kelembaban relatif. Kelembaban relatif adalah persentase uap air sebenarnya ada dibandingkan dengan kadar kejenuhan dalam suhu dan tekanan yang sedang ada (Michael, 1994).
            Kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertical dan horizontal. Kelembaban relatif dapat dihitung dengan menggunakan berbagai metode dan instrumen. Ini adalah perhitungan untuk mengetahui berapa gram uap air dapat diadakan pada suhu tertentu. Biasanya udara, hangat, kapasitas yang semakin tinggi untuk menahan uap air. Setiap suhu tertentu memiliki batas memegang air, dan jumlah aktual air diselenggarakan di udara pada saat pengukuran dapat direpresentasikan dalam persentase (Umar, 2010).
            Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan dan demikian eratnya berhubungan sehingga diakui sebagai bagian yang paling penting dari iklim. Interaksi antara temperature dengan kelembaban, seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Temperatur memberikan efek membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada keadaan itu adalah sedang-sedang saja. Kelembaban juga memainkan peranan yang lebih gawat dalam keadaan temperatur ekstrim. Dengan kata lain, hal ini adalah aspek lain dari asas mengenai faktor interaksi (Odum, 1993).
            Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan, maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya jika hidrat Kristal garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Lakitan, 1994).
            Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan, maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya jika hidrat Kristal garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Linsley, 1989).
            Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Di dalam atmosfer terdapat H2O dalam bentuk uap atau gas, cairan atau air dan salju atau es dalam bentuk padat. Banyaknya uap air yang dikandung udara tidak sama di berbagai tempat. Setiap saat ada uap air yang masuk dan dilepas oleh atmosfer. Uap air ditransfer ke udara melalui proses penguapan karena panas matahari. Air yang menguap dari permukaan bumi berasal dari lautan, sungai, hutan dan lain-lain. Bervariasinya jumlah uap air ini dikarenakan adanya proses penguapan, pengembunan, pembekuan dan lain-lain. Walaupun jumlah air di atmosfer sangat sedikit dibandingkan dengan gas-gas lainnya yang ada di atmosfer, tetapi uap air yang ada di atmosfer memegang peranan penting dalam proses cuaca (Odum, 1993).
            Ditinjau dari segi cuaca dan iklim uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting. Sebagian gas-gas penyusun atmosfer yang dekat permukaan laut relatif konstan dari tempat satu ketempat lain. sedangkan uap air merupakan bagian yang konstan, bervariasi dari 0 sampai 3 %. Adanya variabillitas uap air ini baik berdasarkan tempat maupun waktu adalah karena (Gunarsih, 1990):
a.       Besarnya jumlah uap air dalam udara merupakan indikator kapasitas potensial atmosfer tentang terjadinya presipitasi.
b.      Uap air merupakan sifat menyerap radiasi bumi sehingga uap air akan menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi dan dengan sendirinya juga ikut mengatur temperatur.
c.       Makin besar jumlah uap air dalam udara, makin besar jumlah energi potensial yang laten tersedia dalam atmosfer dan merupakan sumber/asal terjadinya hujan angin (strom).
            Kelembaban udara bergantung kepada suhu udara. Kelembaban udara mempengaruhi tekanan udara itu sendiri, yang pertambahannya sesuai dengan naiknya suhu udara. Pada ruangan tertutup semakin rendah suhu udara maka tekanan udara semakin tinggi dan pada ruangan terbuka semakin tinggi suhu udara maka tekanan udara semakin rendah.          Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor  (Lakitan, 1994) yaitu :
a. Sinar matahari
            Sumber panas utama untuk bumi dan atmosfer adalah matahari, dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Energi radiasi dari matahari yang sampai kepermukaan bumi disebut insolation (incoming solar radiation). Insolation terdiri atas sinar-sinar dengan panjang gelombang lebih pendek dalam spektrum matahari dan paling efektif memanasi bumi. Jika sinar dari spektrum matahari mencapai bumi sebagian diserap dan dirubah dari gelombang panjang yang dikenal sebagai panas.
b. Kabut
            Kabut dapat terjadi diwaktu malam yang cerah, ketika udara yang dingin yang mengalir melalui permukaan air yang masih panas hal seperti itu yang terjadi didaerah kutub yang disebut asap laut dan juga terdapat diatas selokan-selokan pada pagi hari. Kabut dapat terjadi pada cuaca tanpa angin sebagai akibat dari temperatur yang turun terus. Kabut terdiri dari tetes-tetes air yang sangat kecil yang melayang-layang di udara dan mengakibatkan berkurangnya penglihatan mendatar pada pada permukaan bumi hingga kurang dari 1 km. Tetes-tetes kecil ini dapat dilihat dengan mata biasa, jika berada pada suatu tempat yang cukup penerangan. Mereka bergerak mengikuti gerakan udara yang ada. Udara dalam keadaan kabut akan terasa lembab, sejuk dan basah dengan kelembaban udara disekitar 100%.
c. Hujan
            Hujan adalah jatuhan titik air yang mencapai tanah. Hujan yang tidak dapat mencapai tanah disebut verga. Hujan yang mencapai tanah dapat diukur dengan jalan mengukur tinggi air dengan cara-cara tertentu. Hasil pengukuran ini kemudian disebut curah hujan dengan tanpa mengingat macam atau bentuk hujan pada saat mencapai tanah. Intensitas hujan ditentukan dari tingkat berakumulasinya curah hujan diatas suatu permukaan yang datar, jika air hujan tersebut tidak mengalir.
            Kelembaban udara pada ketinggian lebih dari 2 meter dari permukaan tidak menunjukan perbedaan yang nyata antara malam dan siang hari. Pada lapisan udara yang lebih tinggi tersebut, pengaruh angin menjadi lebih besar.  Udara lembab dan udara kering dapat tercampur lebih cepat (Lakitan, 2002).
   Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer. Hygrometer adalah alat untuk mengukur kelembapan udara. Biasanya ditempatkan di dalam box penyimpanan barang yang memerlukan kelembapan yang terjaga seperti dry box penyimpanan kamera. Keadaan ini akan mencegah pertumbuhan jamur yang menjadi musuh pada peralatan tersebut.
Pada reed case diatas, hygrometer yang digunakan mempunyai skala dari 0 hingga 100. Kelembapan ideal berada pada nilai 40 sampai 70 (Suwardjo,  2008).

BAB III
METODE PERCOBAAN

III. 1 Alat
Alat yang digunakan adalah  thermometer, sling psychrometer, botol air/ hand sprayer, kipas, dan karet gelang.

III. 1. Bahan
Bahan yang digunakan adalah kapas, dan air.

III. 3 Cara Kerja
Cara kerja dari percobaan ini adalah :
1.      Dua buah termometer disediakan.
2.      Kapas dibasahi secukupnya dengan cara dicelupkan ke dalam botol air atau disemprotkan dengan hand sprayer.
3.       Kedua termometer tersebut (satu basah dan satu kering pada tempat yang dipilih) dikipas-kipas selama kurang lebih 3 menit.
4.       Pengamatan dilakukan setiap selang waktu 10 menit sebanyak 4 kali pada setiap tempat yang dipilih (dalam ruangan, luar ruangan,tempat terbuka dan di bawah pohon).
5.       Nilai dari hasil pembacaan pada kedua thermometer (basah dan kerimg) dicatat.
6.       Termometer kering dan basah ditarik keluar dengan Sling Psychrometer.
7.       Sumbu tersebut dibasahi dengan air secukupnya, kemudian alat tersebut diayunkan dengan cara memutar-mutarnya.
8.       Untuk pembacaan kelembaban relatifnya dapat dicocokan pada skala yang terdapat pada alat.























DAFTAR PUSTAKA



Gunarsih., 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.

Hardjodinomo., 1975. Klimatologi. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Lakitan, B., 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Rajawali Pers, Jakarta.

Lakitan, B., 2002. Dasar-Dasar Klimatologi Cetakan Ke-2. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Linsley K. R., 1989.  Hidrologi Untuk Insinyur.  Erlangga, Jakarta.

Odum E. P., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah Mada University press, Yogyakarta .

Suwardjo.,  2008. Iklim dan Cuaca. Bumi Aksara, Jakarta.

Tatang., 2006.  Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta, Bandung.

Umar, M. R., 2010. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Zafrisal., 2008. Suhu dan Kelembaban. Erlangga, Jakarta.